Selamat Malam,
Kali ini putri mau bahas sedikit mengenai pertemuan dengan dosen tercinta yang membahas Manusia sebagai Makhluk berfikir.
Sebenarnya apa sih yang dimaksud manusia sebagai makhluk berfikir?
Mari kita bahas yaa... oh iya pembahasan kali ini sudah di gabungkan hasil pemikiran saat pembelajaran dan berbagai sumber.
Manusia diberi akal oleh sang pencipta untuk membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Spesialisasi yang diberi Tuhan untuk manusia bertujuan agar manusia itu sendiri dapat menggunakan akalnya untuk berpikir. Karena pekerjaaan sesungguhnya menjadi seorang manusia yaitu itu agar Ia berpikir.
akanbguire
Modernisasi mempengaruhi pola pikir manusia. Berkembangnya pola pikir manusia dikarenakan hakikat manusia itu sendiri yang dituntut untuk terus berpikir keluar dari suatu masalah agar mencapai tujuan hidupnya. Semakin manusia itu sering memecahkan suatu masalah semakin manusia itu mandiri. Semakin manusia itu menekuni kemandiriannya semakin Ia jauh dan tidak peduli kepada Tuhannya. Kenapa demikian?
Globalisasi mendorong kemajuan teknologi semakin pesat, perkembangan teknologi memanjakan manusia dalam beraktivitas, hiburan-hiburan yang tersedia membuat manusia merasa mempunyai surga dunia sehingga lupa dengan Tuhan. Pemikiran manusia yang rasional tentang Tuhan akan menimbulkan dua hal, pertama manusia itu akan semakin meyakini Tuhan, hal ini karena dalam pemikiran tersebut didasari oleh iman dan tidak mudah menyerah dalam mencari kebenaran yang diturunkan Tuhan dan yang kedua manusia akan lupa bahkan merasa tidak membutuhkan Tuhan lagi, hal ini dikarenakan tidak didasarkan dengan iman dan pemikiran Nihilisme mereka yang menganggap Tuhan sudah mati karena ketidakmampuan mereka mencari kebenaran sehingga menyerah dan menyatakan hal tersebut.
Kemampuan manusia dalam mengelola sumber daya dan teknologi yang memudahkan segala aktivitas mereka juga dapat mempengaruhi pemikiran tersebut karena dengan mudahnya aktivitas yang dilakukan mereka menganggap tidak membutuhkan Tuhan dalam menyelesaikan segala masalahnya.
Manusia mempunyai ciri istimewa, yaitu kemampuan berpikir yang ada dalam satu struktur dengan perasaan dan kehendaknya (sehingga sering disebut sebagai makhluk yang berkesadaran). Aristoteles memberikan identitas sebagai animal rationale.
Kesadaran adalah landasan untuk nalar atau berpikir. Apa yang dipikirkan oleh manusia? Manusia memikirkan segala sesuatu, baik yang dapat diindera maupun yang tidak dapat diindera. Segala sesuatu yang dapat diindera manusia disebut pengalaman atau experience, sedangkan segala sesuatu yang tak dapat diindera oleh manusi disebut dunia metafisika (meta = beyond, metafisika = beyond experience. Berpikir tentang experience disebut berpikir empirikal, dan berpikir tentang dunia metafisika disebut berpikir transcendental.
Berpikir adalah olah otak untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui. Dengan demikian, berpikir mestinya menghasilkan tahu tentang sesuatu, yang jika diakui secara umum menjadi pengetahuan. Proses mengetahui sesuatu itu membutuhkan waktu berpikir, prosesnya dapat berlangsung cepat atau lambat tergantung pada kerumitannya. Lazimnya, cara berpikir untuk mengetahui sesuatu itu adalah dengan mengurai atau merangkai sesuatu yang menghasilkan pengertian dan pengetahuan baru. Kegiatan mengurai atau merangkai sesuatu dalam proses berpikir adalah dua hal yang saling berkaitan
Otak manusia terdiri dari 2 belahan, kiri (left hemisphere) dan kanan (right hemisphere) yang disambung oleh segumpal serabut yang disebut corpuss callosum. Belahan otak kiri terutama berfungsi untuk berpikir rasional, analitis, berurutan, linier, saintifik seperti membaca, bahasa dan berhitung. Sedangkan belahan otak kanan berfungsi untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas. Kedua belahan otak tersebut memiliki fungsi, tugas, dan respons berbeda dan harus tumbuh dalam keseimbangan.
Dalam proses menuangkan pikiran, manusia berusaha mengatur segala fakta dan hasil pemikiran dengan cara sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan dari awal, dengan harapan bahwa akan lebih mudah mengingat dan menarik kembali informasi di kemudian hari. Sayangnya, sistem pendidikan modern memiliki kecenderungan untuk memilih keterampilan-keterampilan “otak kiri” yaitu matematika, bahasa, dan ilmu pengetahuan dari pada seni, musik, dan pengajaran keterampilan berpikir, terutama keterampilan berpikir secara kreatif.
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar bagi setiap orang sifatnya relatif, oleh sebab itu kegiatan proses berpikir untuk memperoleh kebenaran itu juga berbeda untuk setiap orang. Ciri-ciri penalaran adalah: 1) Adanya suatu pola berpikir yang secar luas yang disebut logika, yakni proses berpikir logis yang bersifat jamak (plural) bukan tunggal (singular): dan 2) Penalaran adalah sifat analitik dari proses berpikir, artinya penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis yang menggunakan logika ilmiah.
Berdasarkan kriteria penalaran tersebut, masih banyak pola berpikir yang tidak termasuk logis dan analitis, yaitu perasaan yang merupakan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran. Namun kegiatan berpikir juga ada yang tidak berdasarkan penalaran, umpamanya intuisi.
Prinsip dasar pernyataan dikemukan pertama kali oleh Ariestoteles yang terdiri dari tiga prinsip yaitu:
1. Prinsip identitas, yang dikenal dalam bahasa latin dengan istilah Prinsipium identitatis. Prinsip ini berbunyi bahwa : sesuatu hal adalah sama dengan halnya sendiri.” Dengan kata lain, “sesuatu yang disebut P maka sama dengan P yang dinyatakan itu sendiri bukan yang lain.”
2. Prinsip kontradiksi atau prinsipium contradictionis, menyatakan bahwa ; “sesuatu yang tidak sekaligus merupakan hal itu dan bukan hal itu pada waktu yang bersamaan” atau “sesuatu pernyataan tidak mungkin mempunyai nilai benar dan tidak benar pada saat yang sama.” Dengan kata lain, “sesuatu tidaklah mungkin secara bersamaan merupakan P atau non P.”
3. Prinsip eksklusi tertii atau prinsipium exclusi tertii adalah prinsip penyisishan jalan tengah atau prinsip tidak adanya kemungkinan ketiga. Prinsip ini berbunyi , “sesuatu jika dinyatakan sebagai hal tertentu atau bukan hal tertentu maka tidak ada kemungkinan ketiga yang merupakan jalan tengah,” dengan kata lain bahwa ,”sesuatu x mestilah P atau non P, tidak ada kemungkinan ketiga.” Arti dari prinsip ini adalah bahwa dua sifat yang berlawanan penuh (secara mutlak) tidak mungkin kedua-duanya dimiliki oleh suatu benda, msesilah hanya salah satu yang dapat dimilikinya, sifat P atau non P.
Di samping tiga prinsip yang dikemukakan oleh Ariestoteles di atas, seorang filsuf Jerman, Leibniz menambahkan satu prinsip lagi yang merupakan pelengkap prinsip identitas, yaitu prinsip cukup alasan (prinsipium rationis sufficientis) yang berbunyi: “suatu perubahan yang terjadi pada sesuatu hal tertentu haruslah berdasarkan alasan yang cukup, tidak mungkin tiba-tiba berubah tanpa sebab-sebab yang mencukupi. Dengan kata lain bahwa : “sesuatu itu mestilah mempunyai alasan yang cukup, demikian pula jika ada perubahan pada keadaan sesuatu.”
source; http://srihendrawati.blogspot.com/
https://www.kompasiana.com/ainunjariyah95/54f7c806a333112b6f8b4ddd/hakikat-manusia-berpikir
Komentar
Posting Komentar
Terimakasih atas Komentar nya...
Happy Always :)